Minggu, 04 Agustus 2013

Rahasia Pengajian LDII



BAGAIMANA CARA LDII MEMAHAMI AL QUR’AN DAN SUNNAH
(كيفية تفهيم القرأن والسّنّة)

Mungkin banyak petanyaan terkait banyakya kabar-kabar miring tentang salah satu ormas yang ada di Indonesia ini. salah satunya rumor tentang keilmuan dengan system manqul yang sampai sekarang masih menjadi kontroversi, meskipun yang menggugat juga dengan tanpa sadar menggunakan system tersebut. Hehehe (jadi lucu ya? baca di sini

Kali ini saya akan mengajak saudara untuk membuka rahasia pengajian LDII, sebenarnya bagaimana sih warga LDII dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah? Berikut point-point nya:

1.    Makna perkata/terperinci (معنى المفردات)
Makna perkata secara terperinci (معنى المفردات) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang paling mendasar. Karena dengan system seperti ini kita akan memahami makna dari ayat atau hadits secara spesifik, yang tentunya sesuai dengan kaidah bahasa baik balaghah, nahwu dan sharaf dsb. Selain pemaknaan ayat/hadits yang terperinci dan tertib sesuai kaidah bahasa, pemaknaan kata juga merujuk pada kitab tafsir.
Sebagai contoh:

قال الله تعلى : وَاعْتَصِمُوْ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا ... الأية . سورة ٱل عمران ١٠٣
“Berpegang teguhlah kalian dengan talinya Allah (Islam) secara berjama’ah dan jangan berfirqoh…”
Penjelasan kalimat sesuai tafsir:

روي ابن جريررحمه الله بسنده عن ابن مسعود رضي الله عنه في قوله تعلى }واعتصمو بحبل الله جميعا...{ قال: الجماعة . في تفسير الطبري ٣/٣٠
“Ibnu Jarir Rahimahullah meriwayatkan dengan isnadnya dari Ibni Mas’ud RA di dalam firmannya Allah (واعتصمو بحبل الله جميعا), Ibnu Mas’ud berkata: (maksudnya) Al Jama’ah/secara berjama’ah”.

وقال ابن كثير رحمه الله في قوله تعالى: }ولا تفرّقوا{ أَمَرَهُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّفْرِقَةِ . في تفسير ابن كثير ٢/٧٤
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata dalam firmanNya Allah (ولا تفرّقوا), “bahwa Allah perintah untuk menetapi al jama’ah, dan Allah melarang dari firqoh/perpecahan.”

Jadi, tidak asal menerjemahkan seperti yang diteriak-teriakkan oleh adik-adik yang mengaku/mengatasnamakan dirinya  sebagai Gerombolan F*IH.
Adik-adik yang tergabung dalam Gerombolan F*IH memang selalu membuat kita terpingkal-pingkal, bayangkan…. orang-orang yang ahli dalam nahwu-shorof saja merasa heran ketika melihat pengajian LDII, karena dalam memaknai QH pas sesuai kaidah bahasa nahwu dan shorof, padahal dengan waktu belajar yang singkat (inilah kelebihan belajar secara manqul dan pemaknaan secara terperinci).  Laaaahhhh, Kok bisa-bisanya, orang yang mencari ilmu lewat terjemahan yang biasanya tanpa mempedulikan lafadz  aslinya, mengatakan pemaknaan perkata (معنى المفردات)  tidak sesuai kaidah bahasa?????? Atau mungkin mereka yang tidak faham tentng Nahwu dan Shorf????? (untuk lebih jelasnya silahkan ikuti pengajian LDII, dimanapun anda berada).



2.    Munasabah ayat  (مناسبة الأية)
Munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafal-lafal umum dan lafal lafal khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, kemiripan ayat  dsb. Munasabah Al Qur’an bisa antara ayat dan ayat atau surat dengan surat.
Korelasi (munasabah) akan memudahkan seseorang dalam memahami makna ayat atau surat, sebab penafsiran Al Qur’an dengan ragamnya, jelas membutuhkan pemahaman korelasi (munasabah) antara suatu ayat dengan ayat yang lain.
Contoh:
Allah SWT berfirman,
اَلَمْ تَرَاِلَى الَّذِيْنَ تولّوا قَوْمًا غضب الله عَلَيْهِمْ ... الأية (سورة المجادلة ١٤)
“(Hai Muhammad) apakah kamu belum melihat pada orang-orang (munafiq) yang menjadikan suatu qoum (kafir) sebagai teman?... ” (Qs. Al Mujadillah: 14)

Ayat diatas (Al Mujadillah: 14) mempunyai hubungan dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Hasyr ayat 11,
اَلَمْ تَرَاِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ اَهْلِ الْكِتَبِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيْعِ فِيْكُمْ اَحَدًااَبَدًاوَّاِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ،... الأية (سورة الحشر ١١)
“(Hai Muhammad) apakah kamu tidak memperhatikan pada orang-orang munafiq yang berkata pada saudara-saudaranya yang kafir (Yahudi Bani Nadhir). Mereka (munafiq) berkata, “jika kalian diusir oleh orang iman, maka kami pasti akan bersama kalian dan kami tidak akan mengikuti siapapun selain kalian selamanya. Jika kalian (kafir) diperangi, sungguh kami akan menolong kalian.”

Dengan munasabah ini maka ayat yang dikaji lebih luas dan lebih jelas, Kalau dalam kajian Al Hadits, penggolongan hadits juga bisa dari bab maupun Kitab (مناسبة الحديث للباب ، والباب للكتاب).

3.    Makna keseluruhan (معنى الإجمل)
Selanjutnya yaitu makna keseluruhan atau pemaknaan secara umum dari ayat atau hadits yang dikaji, dalam hal ini meliputi pula penjelasan tentang sebab turunnya ayat (اسباب النزول) atau sebab datangnya hadits (اسباب الورود).
Sebagai Contoh: Allah SWT telah berfirman:
 
إِنَّكَ لَاتَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاءُ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ (سورة القصص ٥٦)
“sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang kau senangi, Akan tetapi Allah lah yang memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki, dan Allah maha tahu kepada orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Asbabul nuzul ayat tersebut:

قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم لِعَمِّهِ قُلْ لَاإِلَهَ إِلَّاالله اَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَمةِ قَالَ لَوْلَااَنْ تُعَيِّرَنِي بِهَا قُرَيْشٌ إِنَّمَا يَحْمِلُهُ عَلَيْهِ الجزَعُ لَأَقْرَرْتُ بِهَا عَيْنَكَ . فَأَنْزَلَ اللهُ { إِنَّكَ لَاتَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ ....}. (رواه الترمذى في تفسيرالقران)
Rasulullah SAW berkata pada pamannya, “ucapkanlah لَاإِلَهَ إِلَّاالله, maka dengan kalimat itu aku akan menjadi saksi untukmu dihari kiamat nanti”, lalu pamannya berkata,”seandainya orang Quraisy tidak mencela padaku sebab kalimat itu niscaya aku akan mengucapkannya”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al qoshos: 56).

Dengan demikian penjelasan tentang suatu ayat atau hadits akan lebih gamblang dan lebih mengena yang tentunya bisa lebih mudah untuk difahami.

4.    Faedahnya Ayat/hadits (فوائد الأية / فوائد الحديث)
Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari setiap ayat maupun hadits yang kita kaji. Dengan adanya penjelasaan tentang faedah yang terkandung di dalamnya, tentunya kita akan lebih meresapi, menghayati betul-betul tentang ilmu yang didapatkan. Tidak diragukan lagi bahwa Al Qur’an dan Sunnah memberikan banyak pelajaran pada manusia guna menjalani kehidupan di dunia yang baik dan hal, yang nantinya akan kembali dan mendapat rahmat disisi Allah SWT.
Mengkaji Al Qur’an dan Sunnah bukan hanya sekedar menambah wawasan saja, akan tetapi kita berusaha bisa mengambil hikmah di dalamnya. Penjelasan tentang faedah dari Al Qur’an dan Sunnah, tidak lain adalah dengan tujuan agar kita bisa mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan kita mengambil hikmah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka disinilah letak kesempurnaan keimanan seseorang.

قال الله تعلى : يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاءُ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّا اُولُواالْاَلْبَابِ (سورة البقرة ٢٦٩)
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). 
 "
Saudaraku, inilah rahasia dibalik pengajian LDII yang mana warga LDII selalu dibimbing untuk menjalani kehidupan yang islami, mencontoh kehidupan Rasulullah yang terkemas dalam sirah nabawiyyah, dan dengan pengajian seperti ini terbentuklah aplikasi dalam kehidupan yang terwujud dalam istilah 6 thabi’at luhur, yaitu: rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah dan mujhid muzhid.
Semoga semua umat Islam bisa mencontoh pada program pengajian LDII dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
الحمد لله جزا كم الله خيرا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar