MENINGGALKAN
MANQUL MERUPAKAN AWAL KESESATAN MANUSIA
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Telah kita fahami bersama bahwa mengambil ilmu secara Manqul-Musnad-Muttashil
(MMM) merupakan system pengambilan ilmu yang diwariskan Rasulullah dan para
salafush sholih. Betapa pentingnya system MMM, sehingga ada shahabat yang rela
melakukan perjalanan jauh demi mendapatkan satu hadits saja (Jabir bin
Abdillah). Sebab dengan system seperti itulah kemurnian agama bisa terjaga,
amalan ibadah kita menjadi sah, benar dan diterima oleh Allah, sebagaimana
Firman Allah SWT:
وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا (سورة الإسراء ٣٦)
“Dan janganlah kamu mengatakan/mengerjakan
pada apa-apa yang tidak ada ilmu bagimu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
dan hati, semuanya itu akan ditanya oleh Allah”.
Berikut, kita sedikit mengulas tentang macam-macam cara
pemindahan ilmu (Manqul) mulai dari derajat tertinggi:
1. Guru yang membaca, murid yang
mendengarkan (السّماع من لفظ الشّيخ)
2. Murid yang membaca, Guru yang
mendengarkan (العرض على اشّيخ)
3. Guru menyerahkan ilmunya /
kitabnya kepada murid untuk menyampaikan (المناولة)
4. Guru mengirim surat yang berupa
Qur'an dan Hadits kepada muridnya untuk disampaikan (المكا
تبة)
5. Guru memberi haq / wewenang baik
dengan ucapan atau tulisan kepada muridnya untuk menyampaikan ilmu guru
tersebut (إجازة الرّواية)
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat artikel saya yang
berjudul: Wajibnya Mengaji Al Qur'an dan Al Hadits Secara Manqul-Musnad-Muttashil
Melihat keberhasilan orang-orang iman dalam menjaga
kemurnian agama, iblis yang dibantu oleh ahlu bathil sebagai kaki tangannya tidak
tinggal diam, segala macam tipu daya mereka lancarkan untuk menjerumuskan orang
iman, Tipu daya yang dilancarkan Ahlu Bathil meliputi fisik
, maupun
mental/pemikiran. Pengaruh yang sangat berbahaya adalah penyebaran virus-virus
syubhat yang dilancarkan kedalam pemikiran orang iman sehingga secara tidak
sadar orang-orang iman sedikit demi sedikit mengikuti pola pikir mereka
sehingga jauh dari kebenaran, Allah pun telah mengingatkan kita supaya
berhati-hati dalam hal ini, sebagaimana
Firman Allah SWT:
وَكَذَالِكَ
جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِيْ
بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا
فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ (سورة الأنعام ١١٢)
“Dan demikian itulah, setiap seorang Nabi kami jadikan
baginya musuh-musuh yang terdiri dari Setan-setan manusia dan setan-setan jin yang
antara satu sama lain saling membisikan tipuannya dengan indahnya kata-kata.
Dan seandainya tuhanmu menghendaki maka mereka tidak akan melakukannya, maka
tinggalkanlah mereka dan dusta yang mereka perbuat.”
Kebohongan yang diungkapkan dengan kata-kata yang indah
inilah yang disebut dengan perang urat syaraf/perang pemikiran (غزو الفكري)
yang bisa merusak kefahaman dan aqidah.
Golongan pengikut syetan sebagai Ahlu bathil adalah
sindikat bentukan setan. Mereka terdiri dari orang-orang yang mempunyai
loyalitas tinggi pada setan dalam melancarkan program-programnya, diantaranya:
1.
Menyesatkan
manusia (تَضْلِيْلُ النَّاسِ)
2.
Menyamarkan
kebenaran ( (تَغْمِيْضُ الْحَقِّ
3.
Memperindah
kebathilan (تَزْيِيْنُ الْبَاطِلْ)
4.
Mencampur
aduk kebenaran dengan kebathilan (تَلْبِيْسُ الْحَقِّ
بِالْبَاطِلِ)
Ketika telah terjadi campur aduk (تَلْبِيْسُ) antara kebenaran dan kebathilan, maka
akan berbahaya sekali bagi orang Islam, terutama orang yang masih awam dalam
ilmu Qur’an Hadits. Karena kebanyakan orang-orang awam mempelajari agama lewat
buku-buku karangan yang tidak jelas penulisnya dan bisa mempengaruhi pada
kredibilitas keilmuan buku tersebut. Maka solusinya adalah mengambil penjelasan
dari ulama yang ahli mendidik yang bersanad dan muttashil, hal ini sebagaimana
perintah Allah Ta’aala:
. . . فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ
إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ (سورة
النحل ٤٣)
“Bertanyalah kalian pada ahli dzikir
(ulama), jika kalian tidak mengetahui”.
Ibnu Qayyim Rahimahullah juga bersyair:
وَالْجَهْلُ
دَاءٌ قَاتِلٌ. . . وَشِفَاؤُهُ
أَمْرَانِ فِيْ
التَّرْكِيْبِ مُتَّفِقَانِ
نَصٌّ
مِنَ الْقُرْٱنِ أَوْ مِنْ سُنَّةٍ . . . وَطَبِيْبُ ذَاكَ الْعَالِمِ الرَّبَّانِي
(متن
القصيدة النونية لابن القيم – ج١ / ص٢٦٥)
“Dan kebodohan
adalah penyakit yang mematikan, dan obatnya adalah dua hal yang berada dalam
susunan (formula) yang tepat.
Nash (dalil) dari Al qur’an dan Sunnah (Al Hadits),
sedangkan tabibnya adalah ulama’ yang ahli mendidik (meramut umat).”
Al Qur’an dan Al Hadits adalah obat segala macam penyakit,
baik jasmani maupun rohani. Yang namanya obat, tentu tidak sembarang
meminumnya, harus mendapat resep dari ahlinya baik dosis maupun jarak waktu
pemakaiannya. Maka , obat ini harus diambil dari orang yang benar-benar ahli
dalam hal pengobatan. Jangan sampai Qur’an Hadits yang seharusnya jadi obat,
Justru menjadi RACUN karena diambil dari yang bukan ahlinya. Sebagai gambaran,
ketika seseorang sakit demam lalu dia membeli obat ke sembarang orang, yang
mana orang tersebut tidak memahami tentang ilmu pengobatan, dosis yang
seharusnya 5 ml sekali minum malah dianjurkan 15 ml sekali minum, Justru obat
ini akan menjadi racun padahal obat yang diberikan memang obat yang benar yaitu
obat demam. Disinilah letak pentingnya mengambil ilmu dari seorang guru yang
ahli mendidik, berisnad dan Muttashil. Karena kalau tidak diambil dari guru
yang berisnad dan muttashil, bisa jadi ilmu Qur’an Hadits itu sudah tercampur
virus-virus Syubhat yang menyesatkan…!!!
Alhamdulillah, kita mempunyai ulama yang faham tentang hal
ini, yaitu Syaikh Nurhasan Al Ubaidah. Beliau selalu mengingatkan
murid-muridnya supaya tetap konsisten dalam menjaga kemurnian Qur’an Hadits
dengan cara manqul-musnad-muttashil dan bisa menjaga mata rantai ilmu
Qur’an dan Hadits. Karena mengingat bahayanya pengaruh syubhat yang dilancarkan
iblis melalui kaki tangannya yaitu ahlu bathil yang selalu merongrong kefahaman
orang iman dengan cara menyamarkan keawajiban ber-thalabul ilmi. Ketika
kewajiban ber-thalabul ‘ilmi telah pudar, yang kemudian terjadi adalah
hilangnya mata rantai keilmuan yang berakibat pada suatu kerusakan. Hal ini
seperti yang telah dinasehatkan oleh Shahabat Salman Al-Farisy:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا باقِيَ الْأَوَّلُ حَتَّى
يَتَعَلَّمَ الْٱخِرُ فَإِذَا هَلَكَ الْأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْٱخِرُ
هَلَكَ النَّاسُ (رواه الدارمي
عن عبدالله بن ربية)
“Tidak
henti-hentinya manusia dalam kebaikan selama masih ada orang-orang awal
(generasi tua) sehingga orang-orang akhir (generasi muda) mau belajar. Maka
ketika orang-orang awal meninggal sebelum generasi akhir mau belajar maka
rusaklah manusia”.
Dampak kerusakan disini bukanlah hanya dalam pandangan
dunia, akan tetapi lebih menitik beratkan pada kerusakan Aqidah yang mengarah
pada KESESATAN…!!! Karena, ketika tidak ada lagi orang-orang yang mau mengaji
secara manqul-musnad-muttashil maka yang tersisa adalah orang-orang yang
bodoh dan ketika mereka dimintai hukum maka mereka menghukumi dengan tanpa ilmu
(ro’yi) akhirnya saling sesat menyesatkan. Sebagaimana
Sabda Rasulullah SAW:
إنّ الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض
العلم بقبض العلماء حتّى إذا لم يبق عالما اتّخذ النّس رءوسا جهّالا فسئلوا فأفتوا
بغير علم فضلّوا وأضلّوا
(رواه البخاري)
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mencabut ilmu dengan cara mencabut ilmu itu dari
hamba-hambanya, akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para
ulama’, sehingga ketika tidak ada seorang ‘alim pun yang tersisa maka manusia
menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, lalu ketika pemimpin yang
bodoh itu ditanya maka mereka akan memberi fatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka
sesat dan menyesatkan.”
Dalam hadits diatas begitu jelas bahwa hilangnya ilmu itu
dengan cara diwafatkannya para ulama, hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketika manusia itu mulai meninggalkan pengambilan ilmu secara manqul, maka
bersiaplah mereka hidup dalam kebodohan dan terjerumus kedalam KESESATAN….!!!!
Akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang menganggap remeh
pada sistem manqul-musnad-muttashil, dengan tanpa adanya dasar ilmu mereka
menyatakan bahwa manqul-musnad-muttashil adalah bentuk kesombongan, dan
yang lebih parahnya lagi mereka mengajak orang iman yang memperoleh ilmu secara
manqul-musnad-muttashil sesuai kebiasaan ulama salaf dengan cara mujadalah.
Maasyaa Allah…
Ungkapan kebathilan mereka yang mencoba menyamarkan system manqul-musnad-muttashil
bahwasanya “MMM hanya menghambat orang untuk mencari ilmu Al Qur’an dan Al
Hadits, bukankah kitab yang ada, seperti Al Qur’an ada kitab tafsir dan kitab
hadits (Bukhari, Muslim, dll) beserta syarahnya itu sudah berisnad dan
muttashil…???”. Sungguh ini adalah ucapan yang penuh kebathian….. coba kita
hayati Riwayat Hadits berikut ini:
عن ابي أمامة عن رسول الله صل الله عليه وسلم أنّه قال خذوا
العلم قبل أن يذهب، قالوا وكيف يذهب العلم يا نبيّ الله وفينا كتاب الله؟ قال؛
فغضب لا يغضبه الله ثمّ قال ثكلتكم أمّهاتكم أولم تكن التوراة والإنجيل في بني
إسرائيل فلم يغنيا عنهم شيئا؟ إنّ ذهاب العلم أن يذهب حملته إنّ ذهب العم أن يذهب
حملته (رواه الدارمي)
“Sesungguhnya
Nabi bersabda, “Ambillah ilmu sebelum hilang”. Bertanya para Shahabat, “Bagaimana
ilmu bisa hilang wahai Nabi sedangkan kita ada kitab Allah?” Abi Umamah
berkata, Maka Nabi marah, yang sebelumnya Nabi tidak pernah marah, kemudian
Nabi bersabda,”Rusak kalian, sudah ada pada Bani Isroil kitab Taurat dan Injil
tetapi keduanya tidak mencukupi bagi mereka. Sesungguhnya hilangnya ilmu
bersama hilangnya pembawa ilmu itu, Sesungguhnya hilangnya ilmu bersama
hilangnya pembawa ilmu itu.”
Lihat saja bagaimana perjuangan Imam Syafi’i, beliau memerlukan
datang ke Madinah untuk menjumpai Imam Malik, demi mengesahkan ilmunya (Kitab
Muwatho’) yang telah dihafal sebelumnya dengan cara manqul langsung. Beliau
membaca kitab Muwatho’ secara hafalan dan Imam Malik diam Mendengarkannya. Yang
menjadi pertanyaan, bukankah Dalam Kitab Muwatho’ itu sudah bersanad dan
Muttashil sampai Rasulullah SAW? Bahkan Imam Malik sendiri telah memeriksa
susunan sanadnya? Lalu kenapa imam Syafi’i memerlukan datang kepada Imam Malik
penulis kitab tersebut??? Jawabannya adalah beliau memahami wajibnya mengambil
ilmu secara Manqul-musnad-muttashil.
Lalu dengan alasan apa mereka bisa mengatakan MMM adalah
kesombongan???? Lalu dengan bangganya mereka mengajak pada kebathilan yaitu
memahami Agama (Qur’an dan Hadits) secara Mujadalah?????
Dengan demikian, bisa kita simpulkan bahwa ajakan memahami
Al Qur’an dan Al Hadits dengan membaca terjemahan atau secara Mujadalah
merupakan ajakan iblis yang dilancarkan oleh Ahlu Bathil dengan tujuan
memalingkan orang iman dari kemurnian agama dan itu adalah ajakan yang
MENYESATKAN….!!!!
Berhati-hatilah dengan tpu daya iblis, Allah SWT Berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ
المْسُتَقِيْمِ (سوراة الأعراف ١٦)
“Iblis berkata, “Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, niscaya sungguh aku akan (menghalang-halangi( mereka dari jalanMu yang lurus.”
اللَّهُمَّ أَرِنَا
الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
الحمد لله جزا
كم الله خيرا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar