Minggu, 28 Juli 2013

Bahaya Meninggalkan Manqul



MENINGGALKAN MANQUL MERUPAKAN AWAL KESESATAN MANUSIA
 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Telah kita fahami bersama bahwa mengambil ilmu secara Manqul-Musnad-Muttashil (MMM) merupakan system pengambilan ilmu yang diwariskan Rasulullah dan para salafush sholih. Betapa pentingnya system MMM, sehingga ada shahabat yang rela melakukan perjalanan jauh demi mendapatkan satu hadits saja (Jabir bin Abdillah). Sebab dengan system seperti itulah kemurnian agama bisa terjaga, amalan ibadah kita menjadi sah, benar dan diterima oleh Allah, sebagaimana Firman Allah SWT:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا (سورة الإسراء ٣٦)  
“Dan janganlah kamu mengatakan/mengerjakan pada apa-apa yang tidak ada ilmu bagimu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan ditanya oleh Allah”. 

Berikut, kita sedikit mengulas tentang macam-macam cara pemindahan ilmu (Manqul) mulai dari derajat tertinggi:
1. Guru yang membaca, murid yang mendengarkan (السّماع من لفظ الشّيخ)
2. Murid yang membaca, Guru yang mendengarkan (العرض على اشّيخ)
3. Guru menyerahkan ilmunya / kitabnya kepada murid untuk menyampaikan (المناولة)
4. Guru mengirim surat yang berupa Qur'an dan Hadits kepada muridnya untuk disampaikan (المكا تبة)
5. Guru memberi haq / wewenang baik dengan ucapan atau tulisan kepada muridnya untuk menyampaikan ilmu guru tersebut (إجازة الرّواية)

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat artikel saya yang berjudul: Wajibnya Mengaji Al Qur'an dan Al Hadits Secara Manqul-Musnad-Muttashil

Melihat keberhasilan orang-orang iman dalam menjaga kemurnian agama, iblis yang dibantu oleh ahlu bathil sebagai kaki tangannya tidak tinggal diam, segala macam tipu daya mereka lancarkan untuk menjerumuskan orang iman, Tipu daya yang dilancarkan Ahlu Bathil meliputi fisik  , maupun mental/pemikiran. Pengaruh yang sangat berbahaya adalah penyebaran virus-virus syubhat yang dilancarkan kedalam pemikiran orang iman sehingga secara tidak sadar orang-orang iman sedikit demi sedikit mengikuti pola pikir mereka sehingga jauh dari kebenaran, Allah pun telah mengingatkan kita supaya berhati-hati dalam hal ini,  sebagaimana Firman Allah SWT:
وَكَذَالِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِيْ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ (سورة الأنعام ١١٢)
“Dan demikian itulah, setiap seorang Nabi kami jadikan baginya musuh-musuh yang terdiri dari Setan-setan manusia dan setan-setan jin yang antara satu sama lain saling membisikan tipuannya dengan indahnya kata-kata. Dan seandainya tuhanmu menghendaki maka mereka tidak akan melakukannya, maka tinggalkanlah mereka dan dusta yang mereka perbuat.”

Kebohongan yang diungkapkan dengan kata-kata yang indah inilah yang disebut dengan perang urat syaraf/perang pemikiran (غزو الفكري) yang bisa merusak kefahaman dan aqidah.
Golongan pengikut syetan sebagai Ahlu bathil adalah sindikat bentukan setan. Mereka terdiri dari orang-orang yang mempunyai loyalitas tinggi pada setan dalam melancarkan program-programnya, diantaranya:
1.      Menyesatkan manusia (تَضْلِيْلُ النَّاسِ)
2.      Menyamarkan kebenaran ( (تَغْمِيْضُ الْحَقِّ
3.      Memperindah kebathilan (تَزْيِيْنُ الْبَاطِلْ)
4.      Mencampur aduk kebenaran dengan kebathilan (تَلْبِيْسُ الْحَقِّ بِالْبَاطِلِ)

Ketika telah terjadi campur aduk (تَلْبِيْسُ) antara kebenaran dan kebathilan, maka akan berbahaya sekali bagi orang Islam, terutama orang yang masih awam dalam ilmu Qur’an Hadits. Karena kebanyakan orang-orang awam mempelajari agama lewat buku-buku karangan yang tidak jelas penulisnya dan bisa mempengaruhi pada kredibilitas keilmuan buku tersebut. Maka solusinya adalah mengambil penjelasan dari ulama yang ahli mendidik yang bersanad dan muttashil, hal ini sebagaimana perintah Allah Ta’aala:
. . . فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ (سورة النحل ٤٣)
“Bertanyalah kalian pada ahli dzikir (ulama), jika kalian tidak mengetahui”.
 
Ibnu Qayyim Rahimahullah juga bersyair:
وَالْجَهْلُ دَاءٌ قَاتِلٌ. . .    وَشِفَاؤُهُ  أَمْرَانِ فِيْ التَّرْكِيْبِ مُتَّفِقَانِ
نَصٌّ مِنَ الْقُرْٱنِ أَوْ مِنْ سُنَّةٍ  . . .  وَطَبِيْبُ ذَاكَ الْعَالِمِ الرَّبَّانِي
(متن القصيدة النونية لابن القيم – ج١ / ص٢٦٥)
“Dan kebodohan adalah penyakit yang mematikan, dan obatnya adalah dua hal yang berada dalam susunan (formula) yang tepat.
Nash (dalil) dari Al qur’an dan Sunnah (Al Hadits), sedangkan tabibnya adalah ulama’ yang ahli mendidik (meramut umat).”

Al Qur’an dan Al Hadits adalah obat segala macam penyakit, baik jasmani maupun rohani. Yang namanya obat, tentu tidak sembarang meminumnya, harus mendapat resep dari ahlinya baik dosis maupun jarak waktu pemakaiannya. Maka , obat ini harus diambil dari orang yang benar-benar ahli dalam hal pengobatan. Jangan sampai Qur’an Hadits yang seharusnya jadi obat, Justru menjadi RACUN karena diambil dari yang bukan ahlinya. Sebagai gambaran, ketika seseorang sakit demam lalu dia membeli obat ke sembarang orang, yang mana orang tersebut tidak memahami tentang ilmu pengobatan, dosis yang seharusnya 5 ml sekali minum malah dianjurkan 15 ml sekali minum, Justru obat ini akan menjadi racun padahal obat yang diberikan memang obat yang benar yaitu obat demam. Disinilah letak pentingnya mengambil ilmu dari seorang guru yang ahli mendidik, berisnad dan Muttashil. Karena kalau tidak diambil dari guru yang berisnad dan muttashil, bisa jadi ilmu Qur’an Hadits itu sudah tercampur virus-virus Syubhat yang menyesatkan…!!!

Alhamdulillah, kita mempunyai ulama yang faham tentang hal ini, yaitu Syaikh Nurhasan Al Ubaidah. Beliau selalu mengingatkan murid-muridnya supaya tetap konsisten dalam menjaga kemurnian Qur’an Hadits dengan cara manqul-musnad-muttashil dan bisa menjaga mata rantai ilmu Qur’an dan Hadits. Karena mengingat bahayanya pengaruh syubhat yang dilancarkan iblis melalui kaki tangannya yaitu ahlu bathil yang selalu merongrong kefahaman orang iman dengan cara menyamarkan keawajiban ber-thalabul ilmi. Ketika kewajiban ber-thalabul ‘ilmi telah pudar, yang kemudian terjadi adalah hilangnya mata rantai keilmuan yang berakibat pada suatu kerusakan. Hal ini seperti yang telah dinasehatkan oleh Shahabat Salman Al-Farisy:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا باقِيَ الْأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ الْٱخِرُ فَإِذَا هَلَكَ الْأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْٱخِرُ هَلَكَ النَّاسُ (رواه الدارمي عن عبدالله بن ربية)
“Tidak henti-hentinya manusia dalam kebaikan selama masih ada orang-orang awal (generasi tua) sehingga orang-orang akhir (generasi muda) mau belajar. Maka ketika orang-orang awal meninggal sebelum generasi akhir mau belajar maka rusaklah manusia”.

Dampak kerusakan disini bukanlah hanya dalam pandangan dunia, akan tetapi lebih menitik beratkan pada kerusakan Aqidah yang mengarah pada KESESATAN…!!! Karena, ketika tidak ada lagi orang-orang yang mau mengaji secara manqul-musnad-muttashil maka yang tersisa adalah orang-orang yang bodoh dan ketika mereka dimintai hukum maka mereka menghukumi dengan tanpa ilmu (ro’yi)  akhirnya saling sesat menyesatkan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

إنّ الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتّى إذا لم يبق عالما اتّخذ النّس رءوسا جهّالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلّوا وأضلّوا (رواه البخاري)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan cara mencabut ilmu itu dari hamba-hambanya, akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama’, sehingga ketika tidak ada seorang ‘alim pun yang tersisa maka manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, lalu ketika pemimpin yang bodoh itu ditanya maka mereka akan memberi fatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” 

Dalam hadits diatas begitu jelas bahwa hilangnya ilmu itu dengan cara diwafatkannya para ulama, hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika manusia itu mulai meninggalkan pengambilan ilmu secara manqul, maka bersiaplah mereka hidup dalam kebodohan dan terjerumus kedalam KESESATAN….!!!!


Akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang menganggap remeh pada sistem manqul-musnad-muttashil,  dengan tanpa adanya dasar ilmu mereka menyatakan bahwa manqul-musnad-muttashil adalah bentuk kesombongan, dan yang lebih parahnya lagi mereka mengajak orang iman yang memperoleh ilmu secara manqul-musnad-muttashil sesuai kebiasaan ulama salaf dengan cara mujadalah. Maasyaa Allah…

Ungkapan kebathilan mereka yang mencoba menyamarkan system manqul-musnad-muttashil bahwasanya “MMM hanya menghambat orang untuk mencari ilmu Al Qur’an dan Al Hadits, bukankah kitab yang ada, seperti Al Qur’an ada kitab tafsir dan kitab hadits (Bukhari, Muslim, dll) beserta syarahnya itu sudah berisnad dan muttashil…???”. Sungguh ini adalah ucapan yang penuh kebathian….. coba kita hayati Riwayat Hadits berikut ini:

عن ابي أمامة عن رسول الله صل الله عليه وسلم أنّه قال خذوا العلم قبل أن يذهب، قالوا وكيف يذهب العلم يا نبيّ الله وفينا كتاب الله؟ قال؛ فغضب لا يغضبه الله ثمّ قال ثكلتكم أمّهاتكم أولم تكن التوراة والإنجيل في بني إسرائيل فلم يغنيا عنهم شيئا؟ إنّ ذهاب العلم أن يذهب حملته إنّ ذهب العم أن يذهب حملته (رواه الدارمي)
Sesungguhnya Nabi bersabda, “Ambillah ilmu sebelum hilang”. Bertanya para Shahabat, “Bagaimana ilmu bisa hilang wahai Nabi sedangkan kita ada kitab Allah?” Abi Umamah berkata, Maka Nabi marah, yang sebelumnya Nabi tidak pernah marah, kemudian Nabi bersabda,”Rusak kalian, sudah ada pada Bani Isroil kitab Taurat dan Injil tetapi keduanya tidak mencukupi bagi mereka. Sesungguhnya hilangnya ilmu bersama hilangnya pembawa ilmu itu, Sesungguhnya hilangnya ilmu bersama hilangnya pembawa ilmu itu.”

Lihat saja bagaimana perjuangan Imam Syafi’i, beliau memerlukan datang ke Madinah untuk menjumpai Imam Malik, demi mengesahkan ilmunya (Kitab Muwatho’) yang telah dihafal sebelumnya dengan cara manqul langsung. Beliau membaca kitab Muwatho’ secara hafalan dan Imam Malik diam Mendengarkannya. Yang menjadi pertanyaan, bukankah Dalam Kitab Muwatho’ itu sudah bersanad dan Muttashil sampai Rasulullah SAW? Bahkan Imam Malik sendiri telah memeriksa susunan sanadnya? Lalu kenapa imam Syafi’i memerlukan datang kepada Imam Malik penulis kitab tersebut??? Jawabannya adalah beliau memahami wajibnya mengambil ilmu secara Manqul-musnad-muttashil.

Lalu dengan alasan apa mereka bisa mengatakan MMM adalah kesombongan???? Lalu dengan bangganya mereka mengajak pada kebathilan yaitu memahami Agama (Qur’an dan Hadits) secara Mujadalah?????

Dengan demikian, bisa kita simpulkan bahwa ajakan memahami Al Qur’an dan Al Hadits dengan membaca terjemahan atau secara Mujadalah merupakan ajakan iblis yang dilancarkan oleh Ahlu Bathil dengan tujuan memalingkan orang iman dari kemurnian agama dan itu adalah ajakan yang MENYESATKAN….!!!!
Berhati-hatilah dengan tpu daya iblis, Allah SWT Berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ المْسُتَقِيْمِ (سوراة الأعراف ١٦)
“Iblis berkata, “Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, niscaya sungguh aku akan (menghalang-halangi( mereka dari jalanMu yang lurus.”

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
الحمد لله جزا كم الله خيرا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar